Perubahan Psikologis Pada Ibu Hamil, Calon Ayah Harus Mengerti!
Tuesday, January 08, 2019
Add Comment
Perubahan Psikologis Pada Ibu Hamil |
Salam sehat sobat nutrielife. Pada saat wanita mengalami kehamilan, maka akan terjadi beberapa perubahan baik secara fisik maupun secara psikologis. Pada pembahasan kali ini, nutrielife akan membahas mengenai perubahan psikologis pada ibu hamil. Hal ini sangat penting untuk diketahui oleh sepasang suami istri, agar suami bisa lebih mengerti dan memberikan perhatian yang baik kepada istri, juga agar istri menjadi tahu gejala psikologis yang normal terjadi pada saat kehamilan dan yang tidak seharusnya terjadi.
Kehamilan dapat
memberikan dampak psikologis yang membahagiakan pada pasangan yang
mendambakannya. Namun, kehamilan juga dapat menimbulkan kegelisahan dan rasa
kecewa bila pasangan tidak menginginkan kehamilan tersebut. Hal inilah yang
menjadi pemicu terjadinya kasus aborsi. Sobat nutrielife harus tahu ya, menurut
UU No. 23 Tahun 1992 Pasal 15, segala bentuk tindakan yang dilakukan dengan
tujuan menghilangkan kehamilan adalah termasuk tindakan pembunuhan. Jadi,
jangan sampai ya sobat tega melakukan perbuatan kejam seperti aborsi.
Periode Kehamilan
Periode kehamilan atau
dikenal juga sebagai periode antepartum merupakan pembagian masa kehamilan dari
hari pertama periode terlambat menstruasi sampai dimulainya persalinan. Periode
kehamilan dibagi menjadi 3 trisemester, yaitu trisemester I, trisemester II dan
trisemester III. Pembagian periode kehamilan menjadi tiga trisemester ini
digunakan untuk menunjukkan keadaan-keadaan atau penyulit-penyulit tertentu
yang umum terjadi pada pada tiap-tiap trisemester tersebut. Trisemester I
umumnya dihitung mulai dari usia kehamilan 1-12 minggu, trisemester II adalah
periode 13-27 minggu, dan trisemester III adalah periode 28-40 minggu.
Perubahan Psikologis Pada Trisemester I
Pada periode ini, umumnya
ibu hamil akan mengalami dampak psikologis akibat perubahan fisik yang terjadi.
Ibu hamil mungkin akan merasa kecewa, cemas, sedih atau bahkan merasa kurang
percaya diri akibat perubahan penampilannya. Selain itu, beban pikiran akan
tanggung jawab baru yang akan dipikul, seperti mengurus dan mendidik anak, masalah
keuangan, tempat tinggal, hingga pemikiran tentang penerimaan orang lain,
khususnya keluarga, akan kehamilan yang dialaminya, akan menambahkan beban
pikiran hingga dapat memicu stres. Pada masa awal kehamilan, mungkin bumil akan
merasa tidak nyaman, juga diiringi dengan gejala mual muntah, lelah, perubahan
selera, penurunan nafsu makan, dan menjadi lebih emosional.
Perlu sobat waspadai,
bahwa stress dan kekhawatiran yang berlebihan dapat berdampak buruk bagi
kesehatan janin, bahkan dapat menimbulkan keguguran. Untuk mengatasi gejala
ini, yang harus dilakukan seorang bumil adalah menerima akan kehamilannya dan
memahami bahwa segala bentuk gejala yang membuatnya khawatir adalah suatu hal
yang normal terjadi pada masa trisemester pertama sehingga tidak perlu
dipikirkan secara berlebihan.
Perhatian Dan Pengertian Dari Suami Sangat Dibutuhkan Oleh Bumil |
Selain itu, perhatian
dari suami juga sangat dibutuhkan. Cobalah bagi suami untuk tidak mengungkit
perubahan fisik pasangannya, pujilah selalu istri sobat dengan penuh ketulusan,
tunjukan bahwa sobat akan senantiasa mendampingi kekasih sobat bagaimanapun
kondisinya, dan tunjukan pula bahwa sobat sangat berbahagia atas kehamilan
istri. Perilaku suami yang bijaksana dan penuh perhatian akan menghilangkan stress
dan kecemasan bumil, bahkan bisa meredakan gejala peningkatan emosionalnya.
Perubahan Psikologis Pada Trisemester II
Periode trisemester II
disebut juga sebagai masa pancaran kesehatan, karena pada periode ini, umumnya
bumil akan merasa sehat dan terlepas dari berbagai gejala pada trisemester I.
Bumil juga akan merasakan kehadiran bayinya sebagai seseorang diluar dirinya
sendiri pada periode ini. Oleh karena itu, biasanya bumil akan lebih
konstruktif dalam menggunakan energi dan pikirannya.
Pada masa awal
trisemester II, bumil akan terus melengkapi dan mengevaluasi segala aspek yang
menghubungkannya dengan ibunya sendiri. Kemampuan untuk dapat mempertahankan
hubungan antara ibu dan anak juga akan diuji. Hubungan sosialnya dengan wanita
hamil lain atau dengan ibu yang baru melahirkan juga akan meningkat. Kemudian,
ketertarikan dan aktivitasnya akan terfokus pada kehamilan, kelahiran dan
persiapan untuk peran yang baru. Kemudian pada masa pertengahan hingga akhir
trisemester II, perhatian bumil akan tertuju pada kesehatan calon anaknya, dan
jenis kelamin bukan menjadi sesuatu yang penting untuk dipikirkan. Kecemasan yang
sering terjadi pada masa ini adalah kekhawatiran akan adanya cacat pada
anaknya.
Bagi sobat yang akan
menjadi calon ayah dari anak yang dikandung istrinya, dukunglah kegiatan istri
dalam menjaga kesehatan kehamilannya dengan menemaninya membaca atau mendengarkan
tips-tips dari dokter baik secara offline maupun online. Pertemukanlah istri sobat
dengan teman temannya yang sedang hamil atau sudah punya anak untuk
mendengarkan nasehatnya, dan bangunlah sikap positif thinking akan kondisi
calon anaknya, agar tidak terlalu mencemaskan adanya cacat. Bila perlu, penuhi
juga segala ngidamnya istri agar istri kita selalu gembira dan tidak stress dan
emosional.
Perubahan Psikologis Pada Trisemester III
Pada periode ini, bumil
mungkin akan menjadi tidak sabar menantikan kelahiran sang buah hati. Kecemasan
pun bisa muncul akibat memikirkan apakah bayinya akan lahir tepat waktu dan lahir
dengan sehat jasmani dan rohani. Bumil biasanya akan bersungguh-sungguh
memikirkan mengenai cara menjadi orang tua yang baik. Pada masa ini, suami
harus mendukung psikologis sang istri dengan baik. Perbanyaklah waktu untuk
melakukan pemeriksaan ke dokter kandungan agar istri sobat menjadi lebih
tenang. Kemudian temanilah istri sobat dan belajarlah bersama tentang bagaimana
menjadi orang tua yang baik. Diskusikan kesepakatan-kesepakatan tertentu untuk
dijalankan dalam mengurus anak, hal itu akan membangun rasa percaya diri bumil
dan akhirnya dapat menurunkan kecemasan dan dapat meningkatkan kegembiraan.
Demikianlah beberapa
perubahan psikologis yang umum terjadi pada ibu hamil. Pada dasarnya,
keterbukaan antara suami dan istri menjadi kunci utama dalam menjaga psikologis
ibu hamil. Bumil sendiri perlu menerima dengan lapang dada beberapa gejala
normal dan tidak seharusnya menimbulkan kecemasan yang berlebihan. Sedangkan suami
harus memberikan perhatian dan pengertian yang lebih baik kepada ibu hamil,
agar kondisi kesehatan baik pada ibu maupun calon anaknya tetap terjaga dengan
baik. Kunjungi kembali situs nutrielife.com
sebagai referensi terpercaya mengenai berbagai permasalahan kesehatan untuk
sobat dan keluarga. Salam sehat - nutrielife.com
0 Response to "Perubahan Psikologis Pada Ibu Hamil, Calon Ayah Harus Mengerti!"
Post a Comment