Perubahan Psikologis Pada Ibu Hamil, Calon Ayah Harus Mengerti!

Perubahan Psikologis Pada Ibu Hamil
Perubahan Psikologis Pada Ibu Hamil

Salam sehat sobat nutrielife. Pada saat wanita mengalami kehamilan, maka akan terjadi beberapa perubahan baik secara fisik maupun secara psikologis. Pada pembahasan kali ini, nutrielife akan membahas mengenai perubahan psikologis pada ibu hamil. Hal ini sangat penting untuk diketahui oleh sepasang suami istri, agar suami bisa lebih mengerti dan memberikan perhatian yang baik kepada istri, juga agar istri menjadi tahu gejala psikologis yang normal terjadi pada saat kehamilan dan yang tidak seharusnya terjadi.


Kehamilan dapat memberikan dampak psikologis yang membahagiakan pada pasangan yang mendambakannya. Namun, kehamilan juga dapat menimbulkan kegelisahan dan rasa kecewa bila pasangan tidak menginginkan kehamilan tersebut. Hal inilah yang menjadi pemicu terjadinya kasus aborsi. Sobat nutrielife harus tahu ya, menurut UU No. 23 Tahun 1992 Pasal 15, segala bentuk tindakan yang dilakukan dengan tujuan menghilangkan kehamilan adalah termasuk tindakan pembunuhan. Jadi, jangan sampai ya sobat tega melakukan perbuatan kejam seperti aborsi.


Periode Kehamilan

Periode kehamilan atau dikenal juga sebagai periode antepartum merupakan pembagian masa kehamilan dari hari pertama periode terlambat menstruasi sampai dimulainya persalinan. Periode kehamilan dibagi menjadi 3 trisemester, yaitu trisemester I, trisemester II dan trisemester III. Pembagian periode kehamilan menjadi tiga trisemester ini digunakan untuk menunjukkan keadaan-keadaan atau penyulit-penyulit tertentu yang umum terjadi pada pada tiap-tiap trisemester tersebut. Trisemester I umumnya dihitung mulai dari usia kehamilan 1-12 minggu, trisemester II adalah periode 13-27 minggu, dan trisemester III adalah periode 28-40 minggu.


Perubahan Psikologis Pada Trisemester I

Pada periode ini, umumnya ibu hamil akan mengalami dampak psikologis akibat perubahan fisik yang terjadi. Ibu hamil mungkin akan merasa kecewa, cemas, sedih atau bahkan merasa kurang percaya diri akibat perubahan penampilannya. Selain itu, beban pikiran akan tanggung jawab baru yang akan dipikul, seperti mengurus dan mendidik anak, masalah keuangan, tempat tinggal, hingga pemikiran tentang penerimaan orang lain, khususnya keluarga, akan kehamilan yang dialaminya, akan menambahkan beban pikiran hingga dapat memicu stres. Pada masa awal kehamilan, mungkin bumil akan merasa tidak nyaman, juga diiringi dengan gejala mual muntah, lelah, perubahan selera, penurunan nafsu makan, dan menjadi lebih emosional.

Perlu sobat waspadai, bahwa stress dan kekhawatiran yang berlebihan dapat berdampak buruk bagi kesehatan janin, bahkan dapat menimbulkan keguguran. Untuk mengatasi gejala ini, yang harus dilakukan seorang bumil adalah menerima akan kehamilannya dan memahami bahwa segala bentuk gejala yang membuatnya khawatir adalah suatu hal yang normal terjadi pada masa trisemester pertama sehingga tidak perlu dipikirkan secara berlebihan.

Perhatian Dan Pengertian Dari Suami Sangat Dibutuhkan Oleh Bumil

Selain itu, perhatian dari suami juga sangat dibutuhkan. Cobalah bagi suami untuk tidak mengungkit perubahan fisik pasangannya, pujilah selalu istri sobat dengan penuh ketulusan, tunjukan bahwa sobat akan senantiasa mendampingi kekasih sobat bagaimanapun kondisinya, dan tunjukan pula bahwa sobat sangat berbahagia atas kehamilan istri. Perilaku suami yang bijaksana dan penuh perhatian akan menghilangkan stress dan kecemasan bumil, bahkan bisa meredakan gejala peningkatan emosionalnya.


Perubahan Psikologis Pada Trisemester II

Periode trisemester II disebut juga sebagai masa pancaran kesehatan, karena pada periode ini, umumnya bumil akan merasa sehat dan terlepas dari berbagai gejala pada trisemester I. Bumil juga akan merasakan kehadiran bayinya sebagai seseorang diluar dirinya sendiri pada periode ini. Oleh karena itu, biasanya bumil akan lebih konstruktif dalam menggunakan energi dan pikirannya.

Pada masa awal trisemester II, bumil akan terus melengkapi dan mengevaluasi segala aspek yang menghubungkannya dengan ibunya sendiri. Kemampuan untuk dapat mempertahankan hubungan antara ibu dan anak juga akan diuji. Hubungan sosialnya dengan wanita hamil lain atau dengan ibu yang baru melahirkan juga akan meningkat. Kemudian, ketertarikan dan aktivitasnya akan terfokus pada kehamilan, kelahiran dan persiapan untuk peran yang baru. Kemudian pada masa pertengahan hingga akhir trisemester II, perhatian bumil akan tertuju pada kesehatan calon anaknya, dan jenis kelamin bukan menjadi sesuatu yang penting untuk dipikirkan. Kecemasan yang sering terjadi pada masa ini adalah kekhawatiran akan adanya cacat pada anaknya.

Bagi sobat yang akan menjadi calon ayah dari anak yang dikandung istrinya, dukunglah kegiatan istri dalam menjaga kesehatan kehamilannya dengan menemaninya membaca atau mendengarkan tips-tips dari dokter baik secara offline maupun online. Pertemukanlah istri sobat dengan teman temannya yang sedang hamil atau sudah punya anak untuk mendengarkan nasehatnya, dan bangunlah sikap positif thinking akan kondisi calon anaknya, agar tidak terlalu mencemaskan adanya cacat. Bila perlu, penuhi juga segala ngidamnya istri agar istri kita selalu gembira dan tidak stress dan emosional.


Perubahan Psikologis Pada Trisemester III


Pada periode ini, bumil mungkin akan menjadi tidak sabar menantikan kelahiran sang buah hati. Kecemasan pun bisa muncul akibat memikirkan apakah bayinya akan lahir tepat waktu dan lahir dengan sehat jasmani dan rohani. Bumil biasanya akan bersungguh-sungguh memikirkan mengenai cara menjadi orang tua yang baik. Pada masa ini, suami harus mendukung psikologis sang istri dengan baik. Perbanyaklah waktu untuk melakukan pemeriksaan ke dokter kandungan agar istri sobat menjadi lebih tenang. Kemudian temanilah istri sobat dan belajarlah bersama tentang bagaimana menjadi orang tua yang baik. Diskusikan kesepakatan-kesepakatan tertentu untuk dijalankan dalam mengurus anak, hal itu akan membangun rasa percaya diri bumil dan akhirnya dapat menurunkan kecemasan dan dapat meningkatkan kegembiraan.


Demikianlah beberapa perubahan psikologis yang umum terjadi pada ibu hamil. Pada dasarnya, keterbukaan antara suami dan istri menjadi kunci utama dalam menjaga psikologis ibu hamil. Bumil sendiri perlu menerima dengan lapang dada beberapa gejala normal dan tidak seharusnya menimbulkan kecemasan yang berlebihan. Sedangkan suami harus memberikan perhatian dan pengertian yang lebih baik kepada ibu hamil, agar kondisi kesehatan baik pada ibu maupun calon anaknya tetap terjaga dengan baik. Kunjungi kembali situs nutrielife.com sebagai referensi terpercaya mengenai berbagai permasalahan kesehatan untuk sobat dan keluarga. Salam sehat - nutrielife.com

0 Response to "Perubahan Psikologis Pada Ibu Hamil, Calon Ayah Harus Mengerti!"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah 2

Iklan Bawah Artikel